Serorang YouTuber asal Amerika Logan Paul meminta maaf karena telah mengunggah video korban bunuh diri di Jepang, dengan mengatakan bahwa dia telah membuat kesalahan besar dan merasa malu dengan dirinya sendiri. Dia juga mengatakan bahwa seharusnya video tersebut tidak diposkan atau bahkan difilmkan.

Pemuda asal Ohio, AS ini hampir setiap hari memposting video di YouTube dan telah memiliki lebih dari 15 juta subscribers. Meski sekarang telah dihapus dari YouTube, video yang diunggah pada hari Minggu tersebut masih menjadi viral, dan mendapatkan kecaman internasional besar-besaran.
Hutan Aokigahara di dalam Gunung Fuji di mana bintang YouTube Logan Paul memfilmkan tubuh korban bunuh diri ini memang memiliki reputasi buruk karena menjadi hutan bunuh diri. Namun selama bertahun-tahun, pihak berwenang Jepang telah berusaha untuk mencegah puluhan peziarah yang bepergian ke sana untuk mengakhiri hidup mereka sendiri.
Dalam beberapa tahun terakhir, pemerintah daerah telah mengambil beberapa tindakan serius untuk mencegah kasus bunuh diri di Aokigahara. Pejabat setempat telah memasang kamera keamanan di pintu masuk utama hutan dan meningkatkan patroli hutan sejak tahun 2011.
Selain iru juga ada tanda papan peringatan di seluruh hutan yang memperingatkan orang-orang agar tidak bunuh diri. Dengan pesan yang mengatakan, pikirkan baik-baik tentang anak-anak Anda, keluarga Anda dan hidupmu adalah hadiah berharga dari orangtuamu.
Otoritas Jepang memang tidak lagi mengumumkan jumlah pastinya dari orang-orang yang melakukan bunuh diri di Aokigahara. Namun menurut data dari tahun 2010 menunjukkan bahwa 247 orang mencoba bunuh diri di hutan tersebut, dan diperkirakan telah ditemukan puluhan mayat setiap tahunnya.
Jepang, memang dikenal memiliki tingkat bunuh diri tertinggi di dunia. Namun, menurut sebuah laporan pemerintah yang dikeluarkan tahun lalu, telah mengalami penurunan dalam beberapa tahun terakhir.
Pusat pengendalian dan pencegahan penyakit mengatakan faktor risiko yang terkait dengan bunuh diri dapat mencakup riwayat depresi klinis, kurangnya perawatan kesehatan mental, baik karena stigma atau hambatan untuk mengakses, epidemi bunuh diri lokal dan perasaan putus asa.
Rekomendasi: